Leave Your Message
Perubahan Kondisi Dasar Kolam Sepanjang Tahapan Budidaya Perikanan

solusi industri

Perubahan Kondisi Dasar Kolam Sepanjang Tahapan Budidaya Perikanan

13-08-2024 17:20:18

Perubahan Kondisi Dasar Kolam Sepanjang Tahapan Budidaya Perikanan

Diketahui bahwa pengendalian kualitas air sangat penting dalam budidaya perikanan, dan kualitas air berkaitan erat dengan kondisi dasar kolam. Kualitas dasar tambak yang baik memudahkan pengembangan budidaya perikanan. Artikel ini akan fokus pada perubahan kondisi dasar kolam pada berbagai tahap proses akuakultur dan tindakan terkait.

Selama proses budidaya, dasar kolam biasanya mengalami empat perubahan: pengorganisasian, reduksi, toksisitas, dan pengasaman.

Tahap Awal Budidaya Perairan—Organisasi

Pada tahap awal budidaya perairan, seiring dengan meningkatnya jumlah pakan, akumulasi sisa pakan, sisa pakan, dan kotoran di dasar kolam menyebabkan penumpukan bahan organik secara bertahap, suatu proses yang dikenal sebagai organikisasi. Pada tahap ini, kadar oksigen relatif mencukupi. Tujuan utamanya adalah menguraikan lumpur dan kotoran di dasar kolam, mengubahnya menjadi garam anorganik dan nutrisi untuk mendorong pertumbuhan alga dan meningkatkan oksigen terlarut dalam air. Strain mikroba dapat digunakan untuk membantu menguraikan lumpur dan kotoran.

Tahap Pertengahan Budidaya Perairan—Reduksi

Seiring dengan berkembangnya budidaya perikanan, khususnya selama periode puncak pemberian makan hewan air, jumlah pakan terus meningkat, mengakibatkan akumulasi bahan organik secara bertahap di kolam yang melebihi kapasitas pemurnian diri badan air. Sejumlah besar sampah organik mengalami penguraian anaerobik di dasar, menghasilkan air berwarna hitam dan berbau busuk, dan memasuki fase reduksi di mana air secara bertahap menjadi kekurangan oksigen. Misalnya, sulfat berubah menjadi hidrogen sulfida, dan nitrogen amonia berubah menjadi nitrit. Akibat dari pengurangan ini adalah berkurangnya oksigen secara signifikan di dasar kolam, yang menyebabkan hipoksia kolam. Pada tahap ini, disarankan untuk menggunakan zat pengoksidasi untuk modifikasi dasar, seperti senyawa kalium monopersulfat dan natrium perkarbonat. Zat pengoksidasi ini dapat mengoksidasi lumpur dasar kolam, mengurangi konsumsi oksigen, dan meningkatkan potensi oksidasi untuk menghilangkan masalah hitam dan bau.

Budidaya Perairan Tahap Pertengahan Akhir—Toksisitas

Pada tahap pertengahan akhir, kolam menghasilkan sejumlah besar zat beracun, termasuk hidrogen sulfida, nitrogen amonia, nitrit, dan metana. Terutama hidrogen sulfida dan nitrit dapat menyebabkan kesulitan pernafasan atau bahkan mati lemas pada ikan, udang, dan kepiting. Oleh karena itu, ketika kadar nitrogen nitrit dan amonia meningkat, disarankan untuk menggunakan bahan detoksifikasi untuk menetralisir zat beracun tersebut.

Tahap Akhir Budidaya Perairan—Pengasaman

Pada tahap akhir budidaya perairan, dasar kolam menjadi asam karena fermentasi anaerobik sejumlah besar bahan organik, mengakibatkan penurunan pH dan peningkatan toksisitas hidrogen sulfida. Pada tahap ini, kapur dapat diaplikasikan pada area dengan akumulasi lumpur paling banyak untuk menetralkan keasaman dasar kolam, menaikkan pH, dan mengurangi toksisitas hidrogen sulfida.